JIKA melewati jalan Hamka, persisnya di depan kampus Universitas Negeri Padang (UNP), sering terjadi macet cukup parah. Anehnya, di jalan dua jalur itu kemacetan hanya terjadi di jalur sebelah timur. Sedangkan jalur sebelah barat tidak demikian.
Setelah diamati, kemacetan terjadi bukan karena "berkepusunya" kendaraan menuju Basko Grand Mall. Akan tetapi karena tersendatnya jalan di jalur sebelah timur. Tak lain karena banyaknya kendaraan yang berputar arah dari jalur barat ke jalur timur. Apalagi di depan kampus UNP terdapat belokan yang memotong pembatas jalan.
Setelah diamati lagi, belokan yang memotong pembatas jalan itu bukan diperuntukkan bagi kendaraan yang ingin memutar dari jalur barat ke jalur timur. Namun sebaliknya. Dan apalagi persis di ujung belokan itu terdapat rambu-rambu petunjuk, tidak boleh berputar arah.
Belokan terlarang inilah yang dimanfaatkan oleh pengendara tidak disiplin untuk berputar arah. Padahal sudah ada rambu-rambu dilarang. Tetapi pengemudi tetap nekat.
Kebiasaan buruk ini diperparah dengan kehadiran "Pak Ogah" di lokasi itu. Tukang pandu dadakan ini seakan terus "merayu mangsa" untuk berputar di belokan yang dijaganya itu. Marka jalan yang ditempatkan Dinas Perhubungan di belokan itu disingkirkannya.
"Pak Ogah" memandu kendaraan dari pagi hingga sore harinya. Mereka memberhentikan kendaraan lain jika ada yang ingin berputar. Tak peduli kendaraan yang lewat dengan kecepatan sedang maupun kencang. Yang penting kendaraan yang ingin berputar bisa selamat hingga ke seberang.
Antara pengendara dengan "Pak Ogah" seperti simbiosis mutualisme. Saling menguntungkan. Setelah kendaraan selamat, uang pun didapat.
Fenomena keberadaan "Pak Ogah" telah cukup lama terjadi. Tidak saja di Air Tawar, juga di sejumlah jalan lain di Kota Padang. Bahkan di Bypass juga ada "Pak Ogah". Tak jauh dari Kantor Camat Kuranji sebelumnya juga ada "Pak Ogah", penampilannya dalam memandu kendaraan pun jauh beda. Menggunakan kayu yang disulap seperti rambu-rambu tanda stop. Sambil memandu kendaraan ingin berputar, tangan kanannya mengacungkan rambu-rambu dari kayu ke kendaraan lain.
Keberadaan "Pak Ogah" memang bikin resah pengendara. "Pak Ogah" juga menjadi biang kemacetan.
"Kalau sudah ada 'Pak Ogah' pasti jalan jadi macet, terutama di jam sibuk," ungkap Fitrah, seorang pengendara yang sering melintasi jalan depan kampus UNP itu.
Yoga segendang sepenarian dengan Fitrah. Lelaki yang bekerja di perusahaan swasta di Bypass ini sempat mengeluhkan keberadaan "Pak Ogah". Pemandu kendaraan ilegal itu menurutnya telah menyalahi aturan lalulintas.
"Seharusnya pihak berwajib menertibkan, namun terkesan terpediarkan," tutur Yoga.
Namun begitu, meski keberadaan "Pak Ogah" cukup meresahkan, namun ada juga yang sangat membutuhkannya. Ketika terburu-buru ingin berputar arah, "Pak Ogah" dianggap pahlawan.
Walikota Padang H. Mahyeldi Ansyarullah Dt Marajo mengimbau kepada seluruh warganya untuk berdisiplin dalam berkendara. Selalu memerhatikan dan memahami rambu-rambu ataupun marka jalan.
'Kesadaran masyarakat terhadap rambu-rambu harus ditingkatkan," sebutnya.
Mahyeldi juga menilai penyebab macet selama ini karena keberadaan "Pak Ogah". Ditambah lagi rendahnya kesadaran warga dalam mematuhi peraturan.
"Karena itu mari kita berputar arah di tempat yang telah ditetapkan," ajak Mahyeldi.
Beberapa waktu lalu, Walikota Padang sempat berhenti di tempat "Pak Ogah" mangkal di depan kampus UNP Padang. Saat walikota akan turun dari kendaraan dinasnya, seluruh "Pak Ogah" berlarian. Walikota kemudian membenarkan kembali letak marka jalan, sehingga tidak ada lagi kendaraan yang berputar di tempat terlarang itu.(ch)