Hanya meluruskan sejarah.

IMPIANNEWS.COM (Padang). 

PRRI adalah sikap jantan orang Minang, menegur pemerintah pusat yang melenceng. Tak ada lagi sikap “bagak” seperti itu sesudahnya. Yang ada hanya demo-demi ikat kepala. Bahkan ada dibayar pula.

Tokoh sentral gerakan koreksi itu tak lain Achmad Husein bekas komandan Batalyon Harimau Kuranji. Ketika ia meninggal ribuan orang mengantarkannya ke makam Pahlawan Kuranji. Jika anda kini melalui depan kantor PLN di Sawahan, sebelah kanan ada rumah bertembok kokoh. Disitulah rumah Achmad Husein.

Apakah PRRI itu pemberontakan atau hanya sikap protes atau dua-duanya?

Apapun, permintaan PRRI antara lain otonomi yang lebih luas, ternyata jadi ikon oleh pemerintah setelah reformasi. Betapa lambatnya Jakarta membaca dan betapa cepatnya orang Minang berpikir.

Setelah soal PKI yang membonceng penumpasan PRRI sekarang prokabar.om menurunkan kisah lain soal gerakan tersebut.

Medio 1958, Laksmana John Lie memborbardir dari kapal perang, di laut dekat Muara. Di Tabing Paratroop meringsek. Kota Padang sepi, tak ada jenderal di kota ini sekarang, yang ada kaum ibu dan tentara semut yaitu para remaja. Kini remaja itu sudah jadi kakek-kakek.

Pada 1958 itu, adalah puncak kekecewaan pada pemerintah pusat. Segala akan diadakannya, segala akan dibangun, tapi teriakan saja. Pembangunan tidak jalan jalan, daerah makin terpinggirkan.

Padang ke Bukittinggi susahnya minta ampun, apalagi ke Sijunjung.

PRRI oleh beberapa pihak disebut Pemberontakan setengah hati, sebab ujungnya gagal.

Sebenarnya waktu itu Achmad Husein tidak berniat memberontak. Kolonel ini bersama teman sejawatnya hanya ingin mengingatkan Soekarno agar kembali ke relnya.

Kemudian justru terjadi peperangan. Perang saudara antara tentara pusat dan orang Minang.

Dalam perjalanannya, pemerintah pusat kemudian membagi 3 Provinsi Sumatera Tengah yaitu Sumbar, Riau dan Jambi. Tanggal surat keputusan pembagian itu dipakai sebagai Hari Jadi Provinsi oleh Jambi dan Riau yang diperingati tiap tahun.

Bagi Sumbar tidak. Itulah sebabnya sampai sekarang tidak ada hari jadi provinsi Sumatera Barat. Tak ada peringatan. Kalau diperingati artinya memperingati hari kekalahan.

PRRI itu diproklamirkan 15 Februari 1958  di halaman rumah gubernur sekarang. Proklamir PRRI itu diikuti oleh Permesta di Sulawesi.

Beberapa hari sebelum proklamir yaitu 10 Februari, Padang mengultimatum Jakarta, tapi tidak didengarkan. Maka itu tadi berdiri pemerintahan PRRI.

Jenderal Nasution memerintahkan, “tangkap Husen!”. Husen berada di kampungnya, sekitar 98 persen orang Minang mendukung PRRI. Husen tak tersentuh.

Tidak ada masa paling bergelora di Minang seusai kemerdekaan kecuali saat PRRI itu.

Ribuan anak muda dengan baju terbuka melangkah ke Padang menjelang akhir Februari, jumlahnya sekitar 40 ribuan, seperti tercatat dalam biografi Ahmad Husein yang ditulis Mestika Zed dan Hasril Chaniago.

Dukungan pada PRRI mengalir, Hatta saja mundur karena melihat Soekarno sudah nyaris benar-benar salah jalan.

Hanya orang Minang yang mau mengoreksi pemerintahan pusat meski risikonya pahit.

Salah satu kepahitan itu tentara pusat masuk meringsek, kaum pria gagah perkasa lari ke hutan. Diam di sana berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pendidikan terlantar, sebab pelajar jadi tentara semut gurunya jadi pejuang. Ibu-ibu mereka menyiapkan ransum.

Tentara pusat yang umumnya dari batalyon Diponegoro memang kuat. Tiap nagari yang sudah dikuasainya dibuat tugu di tengah kampung. Jika sekarang Anda berjalan di Sumatera Barat lalu menemukan tugu-tugu di kampung mungkin di simpang tiga di tengah pasar atau di tepi jalan, maka itu adalah bukti kelalahan PRRI.

PRRI atau Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia dengan pimpinan Mr Sjafroeddin Prawiranegara. Tokoh ini adalah orang yang menyelamatkan republik saat PDRI ketika Yogyakarta diduduki Belanda. Kekuasaan ia ambil alih dan diumumkan PDRI di Ranah Minang. Karena PDRI itulah Indonesia selamat.

Pak Sjafroeddin adalah pahlawan nasional, dengan demikian dendam pemerintah pusat pada PRRI sudah habis.

Harap Anda bedakan PDRI dan PRRI. PDRI adalah Pemerintahan Darurat RI tahun 1948. Tugunya tak selesai-selesai dibangun pemerintah pusat di Suliki (Ina/wel/laf/nrs/eda)