H. Dasril, M.Pd Dt. Sati Nan Pandak |
Berbahagialah para guru yang telah mengajarkan kebaikan dan keselamatan pada anak didiknya. Mendidik ibarat menyelami mutiara di dasar lautan dalam, diangkat kepermukaan dan diasah sampai jadi permata yang bernilai tinggi. Soal siapa yang akan memakai dan memanfaatkan permata tersebut tidaklah perlu dirisaukan. Bukankah nilai tertinggi sebuah kehidupan apabila kehidupan kita bermanfaat banyak bagi orang lain. Anak adalah amanah (titipan yang harus dipertanggung jawabkan) bagi orang tuanya. Guru adalah orangtua kedua bagi anak di sekolah. Menjadi guru yang baik ternyata juga sekaligus bisa menjadi pemimpin yang menginspirasi. Juga harus menjadi konselor yang baik bagi murid-muridnya. Seorang guru harus belajar mendalami konseling agar dia sukses.
Menurut Theodore R. Sizer dari Harvard University College of Education dalam Kompasiana (2017) ada beberapa poin penting yang harus diketahui dan dipahami oleh guru profesional sebagai
berikut :
- Mengenal nama dari siswa dan panggilah siswa dengan namanya.
- Memberikan salam pada siswa dan rekan kerja dengan hangat dan ramah.
- Pergi menghadiri acara-acara siswa diluar kelas.Misalnya ibadah, pertandingan, dan lain sebagainya.
- Mengingat sesuatu yang pernah digumuli oleh siswa sebelumnya.Misalnya apakah mamamu sudah keluar dari rumah sakit ?
- Hindari bersifat sarkastik ( menyindir atau menyinggung perasaan) dalam memberikan komentar atas kebodohan atau kenakalan yang dilakukan siswa.
- Jangan pernah toleransi dengan masalah SARA, termasuk lelucon masalah SARA.
- Ingat pepatah orang tua. Jika kita tidak mampu menyampaikan atau melihat sesuatu yang baik tentang seseorang, jangan katakan apapun.
- Katakan suatu kebenaran atau teguran secara pribadi.Contoh: "Ayu, saya sebenarnya curiga kamu menyontek...!"
- Selalu mendorong bahwa kemampuan siswa lebih dari yang merasa dimiliki siswa.
- Jadilah guru yang positif, namun hati-hati bila selalu memuji pekerjaan baiknya. Tidak ada seorangpun belajar lebih cepat ketika dia merasa bahwa dia merasa berhasil.
- Pertunjukkanlah persahabatan dan jadilah jujur dan objektif dalam penilain terhadap murid-murid yang kita juluki "nakal" atau mengganggu.
- Menjadi teman siswa namun jaga jarak juga.
- Jangan pernah menyerah dengan siswa kita, dan jangan menjuluki mereka secara permanen, misalnya: si bodoh, si cerewet, si pemalu, dan sebagainya.
- Setiap kali memberikan pedoman dan aturan, sampaikan alasannya dan jangan tidak disampaikan apa yang dimaksud.
- Tahu membedakan mana siswa yang hanya mendengar tetapi kemudian mengabaikan perintah dengan yang memperhatikan sehingga bisa menyerap semua perintah dan menjalankannya.
- Jangan terlambat masuk kelas.
- Kembalikan tugas murid tepat pada waktunya dengan komentar yang menguatkan.
- Penting murid diingatkan untuk mengerjakan tugas dengan jujur.
- Murid diajarkan untuk menghargai formalitas kelas.
- Datang ke sekolah lebih awal dan jangan terlambat.
Guru sejak dulu memang disebut pemimpin dan berperan banyak dalam kepemimpinan masyarakat. Kalau ada sebuah ivent di tengah masyarakat keterlibatan guru secara positif pastilah selalu dinantikan. Tak jarang di masyarakat kita guru di berikan peran memimpim dalam berbagai kegiatan kemasyatakatan. Karena dengan kepempinan guru dalam berbagai ivent tersebut mampu memberi warna tersendiri dalam kegiatan tersebut. Guru yang bijaksana mampu mengispirasi bagi semua yang ada di lingkungannya.
Tapi saat ini peran tersebut mulai tergerus. Seharusnya guru yang baik mestinya jadi pemimpin yang baik juga dimanapun dia berada. Jangan sampai guru jadi dewasa di tengah anak-anak dan jadi anak-anak di tengah orang dewasa. Guru sebagai pendidik harus bisa menjadi pemimpin yang disukai, berkepribadian baik, bersikap santun dan menginspirasi. Kecakapan mengajar guru sebagai pemimpin yang baik adalah guru yang mampu menguasai konten materi ajar dan terampil mengkomunikasikannya. Mampu memberikan teladan serta petunjuk-petunjuk yang bermanfaat. Lantas guru yang menginspirasi tentulah guru yang memiliki bakat kepemimpinan ( Leadership ) yang konsisten memberikan inspirasi dengan keteladanan. Kepada siapa lagi kita akan belajar keteladanan kalau bukan kepada guru. Walaupun kini kita sadari bersama mendidik anak-anak tidaklah pekerjaan yang mudah.
Berbagai aturan dan regulasi mesti di pahami dan ditaati. Mulai dari undang-undang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 sampai Undang-Undang Perlindungan Anak nomor 25 Tahun 2014 Tentang Perubahan Undang-Undang nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Disamping itu kondisi lingkungan sekarang mendidik anak bukan perkara mudah perlu kesabaran yang menggunung. Menghadapi tingkah pola anak yang tak ada habisnya. Saat situasi emosi bisa memuncak hingga ubun-ubun, kepala bisa terasa mau pecah, dada terasa sesak.
Saat itu kita butuh kejernihan pikiran sehingga bukan amarah yang menguasai kita, tapi kesabaranlah yang mesti di kedepankan. Mendidik mesti bersabar dalam hal-hal sebagai berikut :
- Sabar dalam mengajarkan kebaikan pada murid.
- Sabar dalam menjawab berbagai pertanyaan murid.
- Sabar menjadi pendengar dan teman yang baik bagi murid.
- Sabar ketika emosi memuncak menghadapi perilaku murid yang terkadang nakal dan menjengkelkan. Jika amarah singgah di emosi kita menjauhlah sementara dari murid. Setelah reda baru dekati anak lagi untuk menasehatinya.
- Sabar jika ikhtiar kita dalam mendidik murid belum menunjukkan hasil yang maksimal.
Guru yang berjiwa kepemimpinan merupakan guru yang memiliki kumpulan nilai-nilai karakter. Kepemimpinan butuh sikap moral yang lebih baik ketimbang kemampuan intelektual dan cara mengajar saja. Guru pengajar banyak dan mudah ditemukan. Seberapa banyak guru yang sudah bersertifikat profesional yang difasilitasi dengan gaji dan tunjangan profesi guru sebesar gaji pokok sebagai guru setiap bulan. Walau terindikasi pemanfaatan tunjangan profesi guru yang satu bulan gaji pokok tiap bulan itu tak sesuai ekspektasi regulasi. Yang seharusnya biaya untuk peningkatan kompetensi profesional lebih banyak hanya untuk beli mobil pribadi, sapi bahkan kursi dan imitasi, sampai-sampai hanya beli kamera foto buat selfi ( swafoto ) saja. Tapi guru yang Leadership dan menginspirasi masih sulit dicari. Walau ada tapi agak langka keberadaanya.
Goode-Vick (1985) mengidentifikasikan empat hal yang dapat diidentifikasikan sebagai pembeda antara guru sebagai pengajar dan guru sebagai pemimpin yang mengisprasi.
Pertama, Tugas pengajar fokus mentransfer pengetahuan agar murid menguasai pengetahuan dan keterampilan teknis. Tapi sebagai pemimpin yang mampu menginspirasi tugas penting guru adalah memperbaiki karakter murid. Pengajar dapat mencetak murid pintar. Tapi dengan sentuhan kepemimpinan guru mereka ( murid ) akan terinspirasi agar kepintarannya memberi manfaat yang banyak. Maka akan lahirlah murid-murid pintar dan terdidik.
Kedua, guru pengajar fokus pada prestasi murid. Mencapai performa akademik di sekolah. Sedangkan guru pemimpin sangat telaten mendidik sikap hidup dan menanamkan nilai-nilai karakter dalam keseharian. Dengan memiliki berbagai karakter baik, jujur, disiplin, kreatif dan bernilai juang tinggi inilah bekal sesungguhnya dalam inspirasi kehidupan. Sebagai buah hasil kepemimpinan guru yang ditiru murid.
Ketiga, guru pengajar memaknai nilai akademik jadi ukuran prestasi terhebat. Kalau perlu murid yang tidak tuntas nilainya di katrol. Nilai direkayasa untuk menyelamatkan citra dan reputasi semu oknum tertentu. Hal demikian tak mungkin dilakukan oleh guru pemimpin. Nilai angka buruk hasil evaluasi belajar siswa diyakininya bisa memberikan informasi berharga terkait sisi unik murid yang sesungguhnya tak perlu di manipulasi. Bisa digunakan untuk bangkitkan kesadaran murid, titik terlemah itulah yang justru akan menjadi kekuatan baru andai dibenahi dengan penuh kesungguhan oleh guru yang pemimpin.
Keempat, guru pengajar cenderung menggunakan kekuasaan dan otoritasnya dalam mengajari murid-muridnya. Murid bisa patuh karena takut. Bukan karena gurunya berkharisma dan berwibawa. Jangan-jangan saat pensiun dari guru tak ada lagi rasa hormat yang tersisa dari murid-muridnya dulu. Sebaliknya guru pemimpin kredibilitas dan integritasnya mengandung respek dari murid-muridnya. Murid segan tapi tak takut, itulah yang menjadi dasar sikap proaktif dan korektif terhadap kesalahan manusiawi dari gurunya.
Kini saatnya seorang guru dapat memilih sikap. Apakah mau tetap tetap jadi guru profesional yang jadi pengajar saja ? Ataukah mau jadi guru pemimpin ( Leadership ) yang menginspirasi bagi murid-muridnya. Jadi guru pengajar profesional baik tapi jadi guru pemimpin jauh lebih baik. Menjadi pengajar yang pemimpin bukankah sebuah anugrah terindah bagi para murid. Guru pengajar profesional bisa mewariskan semua ilmunya. Lalu para guru pemimpin yang mengispirasi pastilah mewariskan konsistensi keteladanan dan sumber inspirasi bagi murid-muridnya. Menurut Prof.Kasman Rukun, M.Pd. Guru Besar Universitas Negeri Padang," Manusia yang sempurna itu adalah manusia yang selalu menyempurnakan yang belum sempurna. Salam hormat buat para guruku yang telah menginspirasi kreatifitasku.
Referensi :
1. Asep Sapa'at Aktifis Sekolah Guru Indonesia." Guru Pemimpin".
2. Kompasiana Flatform Blog."Kepemimpinan Guru Yang Baik".
3. Muslimah.or.id." Buah Manis Kesabaran Dalam Mendidik Anak".
4. Prof.Kasman Rukun, M.Pd." Materi Kuliah Manajemen Stress".
Payakumbuh, 28 Januari 2018
*Penulis Kabid Pendidik & Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh-Sumbar.