IMPIANNEWS.COM (New York).
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Zeid Raad al-Hussein, Selasa (19/12), mengecam tentara Israel karena menembak mati warga difabel Palestina di Jalur Gaza bernama Ibrahim Abu Thurayya. Abu Thurayya ditembak di kepala ketika mengikuti aksi demonstrasi menolak keputusan Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Jumat pekan lalu.
Zeid mengungkapkan, tidak ada yang memandang Abu Thurayya sebagai sebuah ancaman di hari ketika dia terbunuh. "Fakta yang dikumpulkan sejauh ini oleh staf saya di Gaza sangat menunjukkan kekuatan (Israel) yang digunakan terhadap dia berlebihan," ungkapnya seperti dikutip laman Asharq Al-Awsat.
"Mengingat kecacatannya yang parah, yang pasti terlihat jelas bagi mereka yang menembaknya, pembunuhannya tidak dapat dipahami. Tindakan yang betul-betul mengejutkan dan sewenang-wenang," ujar Zeid.
Abu Thurayya memang sangat mencolok dibandingkan demonstran Palestina lainnya di Jalur Gaza. Ketika berpartisipasi dalam aksi penolakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel, Abu Thurayya harus menggunakan kursi roda dan didorong rekannya. Hal ini karena Abu Thurayya telah kehilangan hampir seluruh kakinya. Kendati kondisi fisiknya demikian, hal tersebut tak menyurutkan semangatnya menyuarakan protes dan kecaman atas keputusan AS.
Militer Israel menyangkal ersonelnya yang menembak Abu Thurayya. "Tidak ada tembakan yang langsung menargetkan Abu Thurayya. Tidak mungkin untuk menentukan apakah Abu Thurayya terluka sebagai akibat dari cara penyebaran kerusuhan atau apa yang menyebabkan kematiannya," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Kendati demikian, Zeid menilai penyelidikan militer yang membebaskan tentara Israel dari tindakan keliru dan ceroboh itu tidak mencukupi. Ia meminta dilakukan penyelidikan independen dan tidak memihak guna mengusut kasus penembakan Abu Thurayya.