Purus Kebun adalah sebuah kampung di Kota Padang yang terletak di pinggiran Banda Bakali ke arah Utara, dan berbatasan dengan Jl. Ujung Gurun Kecamatan Padang Barat ke arah Selatan.
Di seberang Banda Bakali itu, dulu ada arena pacuan kuda di daerah Rimbo Kaluang namanya. Kaluang adalah bahasa Minang untuk kelelawar. Daerah kawasan GOR H. Agus Salim sekarang itu memang dulunya banyak kelelawar.
Di sepanjang Jl. Ujung Gurun sekarang, banyak terdapat pabrik karet. Dan di halaman depan pabrik yang luas itu, oleh pemiliknya dijadikan kebun jambu perawas, jambu biji. Banyak sekali. Biasanya kalau sudah masak, menjadi incaran anak-anak sekitar pabrik.
Tidak banyak yang tahu, daerah Purus Kebun itu miniatur Indonesia, dihuni oleh bermacam-macam sukubangsa. Ada Aceh, ada Jawa, ada Batak, ada Bugis dan Ambon (orang Timur Indonesia), dan tak ketinggalan tentunya Minang.
Dulu, sering tembang-tembang Jawa mengalun tiap malam. Klenengan. Dan atraksi kuda kepang setiap peringatan 17 agustusan. Begitu juga dengan lagu-lagu rohani terdengar saat peringatan Natal di rumah-rumah warga Batak yang merayakannya.
Setahu saya sampai sekarang, mereka di Purus Kebun itu hidup damai dan tenteram. Tidak ada konflik yang menyangkut SARA. Karena sudah beberapa generasi, saya rasa sekarang mereka semua sudah lebur. Bahasa Minang mereka sudah kental.
Saya lahir di daerah itu. Bermacam SARA ada di sana. Jadi jangan mengajari orang Purus Kebun itu soal Bhinneka Tunggal Ika dan toleransi. Mereka sudah khatam. Sudah masak. Termasuk Saya tentunya.