Pada masa agresi militer Belanda yang kedua pada tahun 1949, kenagarian Tiakar juga tak terhindarkan dari kekejaman Belanda untuk dapat menguasai Republik Indonesia ini kembali.
Salah satu saksi sejarah yang masih hidup dan menceritakan peristiwa tersebut adalah Idris Dt. Malagiri Nan Pilihan yang lahir tahun 1933, yang menceritakan sejarah kala itu disebuah warung tempat usaha nya, Senin (27/11).
Walau sudah mengalami kekurangan dari sebahagian nikmat panca indra, sang pelaku sejarah ini bercerita pengalamannya.
"Pada masa tersebut ada beberapa nama di Tiakar yang menjadi korban nyawa akibat kebengisan Belanda, di antaranya:
1. Nasar (dalimo panjang)
2. Saha (payobadar)
3. Amir Patah (dalimo singkek)
4. Munie (dalimo panjang)
5. Husein (perantau Malaysia )
6. Umar (perantau Malaysia )
7. Brahan Perak (perantau Malaysia )
Idris Dt. Malagiri Nan Pilihan ini juga pernah menjadi petunjuk jalan bagi pasukan Tentara Indonesia dari Bataliyon Singa Harau dan Bataliyon Merapi yang akan mengepung markas Belanda (yang dirampas Belanda) di sekitar lokasi rumah Baharudin Datuk Bagindo (Datuk Gagok) dan Belanda mengalami kekalahan telak.
Dari penuturan beliau, di Tiakar dulu juga ada sebuah pabrik senjata peninggalan Jepang yang terbesar di Sumatera dan lalu dihancurkan ketika Belanda masuk. Terletak di ranah dekat barak sekarang. Dan di sana juga pernah dibangun perakitan pesawat terbang yang sangat sederhana dan lalu pernah diujicoba terbang di lapangan Gelanggang Kubu Gadang namun belum berhasil lepas landas. Selain itu sebuah tortopedo juga pernah diuji coba di Batang Sikali.
Ada beberapa rumah yang dibakar agar tidak diduduki oleh Belanda. Dan ada masih banyak peristiwa yang belum sempat tercatat dan didokumentasikan di Tiakar ini, " singkat cerita Idris yang teringat diingatannya.ul