Pelaksanaan Payakumbuh Botuang Festival (PBF) di hari yang ketiga dipusatkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Jembatan Ratapan Ibu yang terletak di kelurahah Ibuh Kec. Payakumbuh Barat.
Seketika sore itu Pasar Tradsional di Kota Payakumbuh menjadi ramai oleh pengunjung untuk melihat langsung pertunjukan musik minang kontemporer yang disajikan dengan nuansa segar pinggir Sungai Batang Agam.
Pertunjukan musik minang yang dikolaborasikan dengan berbagai alat musik tradisional dan alat musik modern, panitia namai Festival Pinggir Sungai.
Pertunjukan ini dilaksanakan hari Selasa (28/11) dimulai sore pukul 17.30 WIB hingga 22.00 malam. Sebelum pelaksanaan festival, panitia penyelenggara menggelar brifing yang dipimpin Mr. Yusril Katil. Sekitar pukul 18.00, dilakukan clear area dari kenderaan pengunjung RTH .
Tampak hadir dimalam selebrasi Walikota Payakumbuh diwakili Asisten II, Amriul Dt. Karayiang, Ketua Komisi V DPRD Sumbar, Supardi yang juga menyempatkan diri untuk membawakan puisi perjuangan,
Kepala UPT Taman Budaya Sumbar, Masuari, Ketua KONI, Yusra Maiza, Pimpinan OPD serta para penyair, sastrawan, budayawan, pencipta lagu dan puisi, pecinta seni tampak meramaikan lokasi ini.
Festival Pinggir Sungai ini menampilkan sejarah penamaan Jembatan Ratapan Ibuh yang dituangkan dalam sebuah kisah kolosal dan puitisasi. Sebagaimana kisah yang dibawakan penyair Rusli Marzuki Saria (81).
Dalam kisah ini Rusli Marzuki menceritakan kisah hidup, berawal dari Sekolah Rakyat yang dijalaninya dalam mencari sejarah Jembatan Ratapan Ibu.
Sosok Penyair Rusli termasuk penanam literasi dalam Sastra di Sumatra Barat. Jabatan Redaktur Sastra di Harian Haluan di era 70-an membuatnya punya kesempatan membina calon penyair. Hampir seluruh penyair Indonesia asal Sumatra Barat sampai era Milinea lahir dari belaiannya.
Saat dimintai tanggapan terhadap PBF di malam ketiga, Asisten II, Amriul Dt. Karayiang sangat mendukung program ini kedepannya.
" Kita secara bersama-sama berharap iven ini akan menjadi agenda kalender wisata tahunan bagi kota Payakumbuh, serta tercatat sebagai agenda pariwisata provinsi Sumbar. Kegiatan besar ini tentunya tidak akan terangkat tampa bantuan pihak provinsi," Amriul berikan tanggapan.
Kepala UPT. Taman Budaya, Masuari yang berada disebelah Asisten II, menerangkan, kita berharap semua daerah tingkat II bergerak bersama memunculkan ide dan inovasi terbaiknya dalam pengembangan wisata daerah.
" Kita berharap 19 kota/kab bangkit bersama, bergerak serentak memunculkan kegiatan seperti yang kita laksanakan ini. Untuk tahun 2018 mendatang, Kab. 50 Kota akan menggelar festival silat. dan sebelumnya Kota Padang sudah sukses angkat iven ini.
Terkait pengusulan, itulah fungsinya DPR dan DPRD, pecinta seni dan budaya bersama pemerintah bersama-sama dalam perencanaan dan bersama sama juga dalam pelaksanaan hingga pengevaluasian. Mari kita bangkit bersama, demi Sumbar yang kita cintai ini," terang Masuari.
Adapun penyair lainnya adalah Adri Sandra, Penyair asal Padang Japang, Kabupaten Lima Puluh Kota yang sudah menghasilkan tiga buku Antologi Puisi ; Luka Pisau, Cermin Kembung dan Darah Angin serta memiliki koleksi buku-buku penyair yang meraih Nobel Sastra. Penyair paroh baya yang juga guru tidak tetap ini juga sudah memecahkan rekor MURI dalam Sastra Indonesia.
Pertama, Penulis Buku Syair Terpanjang dengan judul Hasan dan Fatimah, yang berisi 1.550 bait, dengan tebal 260 halaman.
Tak mau ketinggalan, ternyata Ketua Komisi V DPRD Provinsi Sumatera Barat, Supardi juga memiliki jiwa seni puisi yang cukup tinggi. Ketua Komisi yang juga sebagai sponsor dalam PBF tahun 2017 dengan dana anggaran Pokir provinsi yang dipertaruhkannya untuk terselebggaranya festival ini. Dengan semangat berapi-api, Supardi bawakan puisi berjudul "Jembatan".
Pertunjukan Puisi sejenak diselingi dengan dipertunjukannya grup musik tradisional Diafora. Keberagaman yang membuat grup ini terbentuk. Mulai dari asal personelnya sampai pilihan musik.
Tradisi sebagai alas bakul membuat mereka bisa menjelajahi banyak kemungkinan. Misalnya, lagu latar film Pirates of The Caribbean dilihkan jadi sensasi Minangkabau. Begitu juga karya lain, Penjaga Makam, Manih Basijobang, Melanang, yang sangat kental dengan tradisinya yang dipadukan dengan Kecapi Sunda.
Semakin malam suasana dan semangat literasi semakin hidup. Konsisi ini juga didukung dengan keadaan cuaca Kota Payakumbuh yang lembab, apalagi di pinggir sungai. Penampilan puisi oleh sastrawan, Syarifuddin Arifin yang khas dengan suara lantangnya.
Sejak pensiun dari Taman Budaya Sumatra Barat di 2012, Syarifuddin melanglang buana. Kemana pun acara puisi, ia ada di sana. Termasuk di acara Payakumbuh Botuang Festival ini. Tak hanya daerah Sumatera Barat ia hadir, tapi melewati pulau, nusa bahkan negara. Apalagi sejaka menerima Penerima Anugerah Utama Puisi Dunia Numera, Malaysia 2014 dan Medalion Pulara dari MB Negeri Perak 2016. Kesempatan ini penyair Syarifuddin Arifin membawakan 2 puisi panjang tampa teks.
Momen Payakumbuh Night Festival di Panggung Literasi Sejarah dan Sastra yang berlokasi di Jembatan Ratapan Ibu juga diramaikan grup musik Ahmed Jamend, berasal dari Payakumbuh ini memilih spesifikasi Indie pop-rock atau folk sebagai jalur mengarungi dunia musik. Selain itu juga ada grup musik CIELLO yang spesifikasi genre Pop, Pop Alternative, dan Funky sebagai wadah mengeksplorasi musik. (ul)