IMPIANNEWS.COM – (PADANG),
Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat, menerima kedatangan ratusan warga Kapalo Hilalang, Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. Kedatangan warga tersebut adalah untuk berunjuk rasa menuntut pengembalian lahan pembangunan gedung kampus Politeknik Negeri Padang dan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang yang menurut warga adalah tanah ulayat,'Senin (8/5)
Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat, menerima kedatangan ratusan warga Kapalo Hilalang, Kecamatan 2 X 11 Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman. Kedatangan warga tersebut adalah untuk berunjuk rasa menuntut pengembalian lahan pembangunan gedung kampus Politeknik Negeri Padang dan Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang yang menurut warga adalah tanah ulayat,'Senin (8/5)
Kedatangan warga Kapalo Hilalang tersebut diterima Ketua Komisi I DPRD
Sumatera Barat, Achiar bersama Wakil Ketua Komisi I Sabrana dan beberapa orang
anggota komisi. Warga menyampaikan harapan, agar DPRD Provinsi Sumatera Barat
bersama gubernur dapat menindaklanjuti aspirasi yang mereka sampaikan dan
membicarakannya dengan Bupati Padang Pariaman, Ali Mukhni.
Perwakilan warga, Muhammad Ali, mewakili warga menyampaikan, lahan
seluas lebih kurang 669 hektare saat ini.

Sekretaris Forums Pembela Tanah Ulayat Muhammad Ali mewakili warga
menyampaikan, lahan seluas lebih kurang 669 hektare tersebut adalah tanah
ulayat. Pada tahun 1904, lahan tersebut disewakan kepada pemerintah kolonial
Belanda selama 75 tahun. Setelah masa sewanya habis, lahan diambil alih oleh
Komando Rayon Militer setempat hingga tahun 1998, setelah itu kembali dikelola
oleh masyarakat.
"Saat ini sedang dibangun dua gedung kampus PNP dan ISI
Padangpanjang di atas tanah tersebut. Namun, pembangunan ini dilakukan tanpa
musyawarah dengan ninik mamak warga setempat," katanya.
Dia menambahkan, proses pembangunan juga sangat mengganggu karena
banyak pohon tumbuhan produktif seperti karet dan durian milik warga yang
rusak. Pekerjaan pembangunan dengan menggunakan alat berat juga mengganggu
jaringan pengairan sawah warga sehingga sekitar 1.400 hektare sawah di empat
nagari.
"Sawah sekitar 1.400 hektare itu berada di empat nagari dan
terancam kekeringan karena sumber pengairannya terganggu pekerjaan yang sedang
berjalan menggunakan alat berat," katanya.
Dia menegaskan, warga tidak menghalangi atau menolak pembangunan, namun
hanya berharap ada itikad baik dari pemerintah kabupaten Padang Pariaman untuk
membicarakan pembangunan tersebut.
"Kami hanya meminta Pemkab memiliki itikad baik dan duduk bersama
dengan ninik mamak untuk membicarakannya," ujarnya.
Dalam aksi unjuk rasa yang diterima oleh Ketua Komisi I DPRD Provinsi
Sumatera Barat Achiar bersama sejumlah anggota komisi itu, warga Kapalo
Hilalang meminta DPRD Provinsi Sumatera Barat dapat menindaklanjuti pengaduan
warga dan membicarakan persoalan itu dengan gubernur dan bupati Padang Pariaman
Ali Mukhni.
Menyambut penyampaian aspirasi warga, Ketua Komisi I DPRD Provinsi
Sumatera Barat Achiar menyatakan, akan melakukan koordinasi dengan pemerintah
kabupaten Padang Pariaman. Pihaknya ingin meminta penjelasan dari Pemkab Padang
Pariaman terkait persoalan itu sehingga menemukan titik terang dan bisa
mencarikan solusi terbaik bagi masyarakat.
"Kami akan mencoba melakukan koordinasi dan meminta penjelasan
dari pihak Pemkab Padang Pariaman agar menemukan titik terang permasalahannya
sehingga bisa dicarikan solusi terbaik untuk kepentingan masyarakat,"
katanya.
Sementara, Wakil Ketua Komisi I DPRD Provinsi Sumatera Barat, Sabrana
yang juga ikut menerima kedatangan warga meminta, masyarakat melengkapi
dokumen-dokumen terkait kepemilikan lahan yang diperlukan. Dengan didukung
dokumen yang lengkap, upaya DPRD dalam memperjuangkan masyarakat akan semakin
kuat karena memiliki dasar yang jelas.
"Kami
meminta lengkapi dokumennya, sehingga kami memiliki dasar yang kuat untuk
memperjuangkan kepentingan masyarakat," tegasnya.(Tf/Ar)